Header Ads Widget

iklan banner

Ticker

12/recent/ticker-posts

Sejarah Era Gus Dur, Awal Perayaan Imlek Sah Resmi di Mata Negara


Kudus, bmnzone.com - Presiden Ke-3 Republik Indonesia KH. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur memberikan kebebasan kepada umat Tionghoa untuk merayakan hari raya Imlek.


Inpres nomor 14 tahun 1967 yang mengekang kebebasan bergerak bagi warga Tionghoa di Indonesia telah dicabut Gus Dur karena isinya tidak sesuai dengan UUD 45.


Pengurus Pusat MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia) yang kedua Xs. Budi S. Tanuwibowo sahabat karib Gus Dur mengungkapkan kedekatan mereka bahkan sebelum Gus Dur menjadi Ketua PBNU.


"Gus Dur sebelum menjadi ketua PBNU sudah dekat dengan kami, khusunya saya, Dr. Chandra Setiawan dan Pak Winky Irawan untuk membahas nasib Konghucu di Indonesia. Sampai akhirnya terbentuklah Yayasan Nur Kebajikan yang didirikan beliau bersama bapak Bondan Gunawan yang bertujuan untuk mengembalikan agama dan kelembagaan Konghucu di Indonesia". Ungkapnya.


Xs. Budi S. Tanuwibowo dalam wawancara menceritakan sejarah awal jasa Gus Dur sebagai Presiden RI memberikan kebebasan perayaan Imlek 


Dalam kurun waktu 30 tahun (1963-1999), umat Tionghoa mendapat pengekangan dari Pemerintahan masa Orde Baru yang termaktub dalam Inpres No. 4 tahun 1967 untuk membatasi perayaan Imlek dan yang berbau Tionghoa.


Dan pada masa kepemimpinan Gus Dur Inpres no. 14 tahun 1967 tersebut dihapuskan oleh Gus Dur karena tidak sesuai dengan UUD 45 dan digantikan oleh keputusan presiden No. 19 tahun 2000 yang intinya memperbolehkan masyarakat Tionghoa melaksanakan Imlek secara bebas tanpa merasa terkekang. Serta dijadikan sebagai hari libur fakultatif atau berlaku bagi mereka yang merayakannya sampai akhirnya agama Konghucu diresmikan sebagai salah satu agama resmi di Indonesia juga.


Pada tahun 2002, yakni pada masa kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri Imlek dijadikan sebagai hari libur nasional, yang kemudian diberlakukan pada tahun 2003.


Xs. Budi S. Tanuwibo juga menyampaikan bagaimana pertemuan Gus Dur dengan ketua Konghucu Korea Selatan Choi Gun Duk yang saat itu sedang berada di Indonesia.


"Bahkan kami sempat bertemu dengan ketua Konghuchu Korea Selatan Choi Gun Duk yang berpesan pada Gus Dur untuk titip nasib umat Konghucu di Indonesia". Jelasnya.


"Tapi Gus Dur marah, Gus Dur bilang tidak perlu titip, itu saudara kami, sudah menjadi kewajiban kami sebagai saudara yang lebih besar melindungi saudara yang lebih kecil. Begitupun dengan bapak, karena umat muslim di Korea Selatan lebih kecil, maka sudah seharusnya yang lebih besar melindungi yang lebih kecil". Tambah Budi.


Sebagai kenangan sebelumnya, Gus Dur saat menjabat Presiden RI, memberikan sambutan dalam perayaan Imlek yang ke 2552, Gus Dur memberikan sambutan yang hangat bagi umat Tionghoa yang merayakannya dan memberi ucapan kepada mereka.


"Saya sangat merasa senang bisa berada disini bersama anda merayakan hari ulang tahun Imlek ke 2552 untuk bersama-sama sebagai bangsa Indonesia memuja Tuhan kita berdasarkan formulasi kita masing-masing, yang pada hakikatnya adalah Tuhan yang satu. Dengan demikian kita harapkan, Ia memberikan perlindungan kepada kita semua, dan akhirnya saya ucapkan selamat tahun baru kepada semua yang ada disini". Ungkap Gus Dur.


Sebab langkah tersebut, Gus Dur pun disebut sebagai Bapak Tionghoa Indonesia.

(Azam)

Post a Comment

0 Comments